Selasa, 09 Juni 2009

Usaha guru memperbincangkan pembelajaran matematika

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang melibatkan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa ini bukan hanya penyampaian pesan yang berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar. Dalam pembahasan kali ini, akan dibahas mengenai usaha guru dalam melibatkan siswa dalam pembelajaran matematika. Matematika merupakan pelajaran yang sangat sulit dan biasanya pelajaran ini tidak diminati oleh kebanyakan siswa pada umumnya. Padahal, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dijadikan tolok ukur kelulusan siswa pada jenjang pendidikan, hal itu tercermin dari matematika menjadi mata Ujian Nasional. Dalam pembelajaran matematika selama ini, dunia nyata hanya dijadikan tempat mengaplikasikan konsep sehingga siswa mengalami kesulitan belajar matematika di kelas. Akibatnya, siswa kurang menghayati atau memahami konsep-konsep matematika, dan siswa mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, diperlukan suatu pendekatan,model, dan metode mengajar yang dilakukan oleh guru supaya siswa tertarik belajar matematika.
Pada masa dulu, Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai utama (Teacher Center). Karena pada pembelajaran ini berpusat kepada guru maka metode yang sering digunakan adalah ceramah. Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan yang dilakukan oleh guru. Metode ini tidak senantiasa jelek jika penggunaannya betul – betul dipersiapkan dengan baik, didukung dengan alat dan media serta memperhatikan batas – batas kemungkinan penggunaannya. Keuntungan menggunakan metode ceramah, antara lain :
1. Guru dapat menguasai seluruh arah kelas. Sebab guru semata-mata berbicara langsung sehingga ia dapat menentukan arah itu dengan jalan menetapkan sendiri apa yang akan dibicarakan.
2. Organisasi kelas sederhana. Dengan ceramah, persiapan satu-satunya yang diperlikan guru adalah buku catatan / bahan pelajaran. Mungkin guru berbicara sambil duduk atau berdiri. Murid-murid diharapkan mendengarkan secara diam. Maka mudah dimengerti bahwa jalan ini adalah yang paling sederhana untuk mengatur kelas dari pada menggunakan metode yang lain.
Pembelajaran model lama yang berpusat pada guru (teacher-centered-oriented) memiliki banyak kelemahan. Diantaranya karena:
a. Guru melakukan pengajaran bukan pembelajaran. Guru yang seperti ini tidak mempunyai tujuan lain selain melakukan tugas rutin yang diembannya. Tidak punya keinginan memperbaiki cara mengajar, tidak mau terlibat lebih jauh dalam kegiatan pembelajaran. Ia menganggap tugasnya telah selesai begitu keluar dari kelas.
b. Berperan sebagai pentransfer pengetahuan. Guru hanya memberikan pengetahuan yang ia anggap penting bukan yang siswa anggap penting. Tidak berupaya menggali dan mendalami hal-hal menarik dari ilmu yang disampaikannya. Akibatnya siswa pun tidak tertarik terhadap matematika. Siswa akan menganggap matematika adalah mata pelajaran yang kering, membosankan, menjenuhkan, dan menegangkan.
c. Sebagai pemberi perintah / instruksi sedangkan siswa harus menuruti instruksi tersebut tanpa dapat menawar. Guru memberikan contoh soal kemudian memberikan soal latihan yang harus dikerjakan siswa sesuai cara atau contoh tadi. Siswa tidak diberi pilihan untuk mengerjakan atau memecahkan permasalahan dalam soal latihan menurut caranya sendiri. Siswa menjadi peniru, plagiat dan terbiasa berpikir mekanik. Ini membahayakan bagi kualitas jiwa dan membunuh kreativitas berpikir siswa.
d. Merasa puas dengan ilmu yang dimilikinya. Guru merasa sebagai satu-satunya orang terpandai di kelas. Ia akan merasa puas jika para siswanya tidak mempu mengerjakan soal dengan cepat, guru seperti ini senang bahkan mendapat kepuasan bathin jika kening para siswanya berkerut, pusing memikirkan cara menyelasaikan soal yang guru berikan. Ia akan menjadi juru selamat dengan membahasnya di depan kelas dan menunjukkan bahwa gurulah yang paling hebat.
e. Anti kritik terhadap perubahan cara mengajar. Guru merasa terancam dan tersudut jika mendapat pertanyaan terhadap konsep yang telah diberikan kepada siswanya. Disaat guru tidak mampu menjawab pertanyaan siswa, ia akan mengeluarkan jurus pembelaan diri dengan mengatakan bahwa konsep atau cara tersebut sudah ada dari sananya atau dari dahulu, jadi tidak usah dipertanyakan lagi. Guru yang seperti ini juga akan merasa kesal jika mendapat kritik dari guru lain, apalgi yang lebih muda atau junior. Ia merasa sudah lebih berpengalaman dan tidak pernah melakukan kesalahan dalam mengajar.

Apabila guru seperti yang diuraikan diatas masih mengajar siswa-siswa di sekolah maka tentu siswa yang paling dirugikan , karena :
1. Siswa berperan sebagai obyek yang hanya menerima pengetahuan, tanpa dapat berinteraksi, bereksplorasi terhadap apa yang dipelajarainya.
2. Siswa belajar secara pasif, karena siswa tahu sesulit apa pun soal atau permasalahan yang diberikan guru, akan dibahas juga oleh gurunya.
3. Merasa tidak dihargai. Siswa yang pandai dan kreatif biasanya bisa menemukan cara penyelesaian sendiri, namun apa yang ia lakukan tidak mendapat penghargaan atau pujian yang dapat memacu kreativitasnya tersebut.
4. Tidak punya inisiatif belajar sendiri. Jika guru terus menerus menggunakan model belajar yang sama akan menimbulkan kebosanan, siswa jenuh disuguhi cara mengajar yang itu-itu juga. Akibatnya siswa menjadi malas untuk belajar.
5. Siswa menjadi insan yang tidak kreatif. Kreativitas yang tidak mendapat penghargaan yang semestinya akan hilang dan mati.
6. Siswa tidak terbiasa menerima perbedaan pendapat. Mereka terbiasa menerima pendapat yang sama dengan gurunya, perbedaan pendapat dianggap sebagai ancaman dan halangan dalam pencapaian tujuan.
7. Siswa menjadi plagiator, terbiasa mencontek jawaban.
8. Siswa tidak berani mengemukakan ide dan pendapatnya.
9· Siswa tidak terbiasa mengambil resiko terhadap pilihan atau solusi permasalahan yang ada, ia hanya menunggu solusi yang berasal dari gurunya.

Pada era sekarang ini, guru tidak boleh lagi menganggap peserta didik sebagai objek transfer ilmu, tetapi perlu mengembangkan konsep belajar aktif seluasnya luasnya. Belajar aktif ditafsirkan sebagai usaha membangun pengetahuan dalam diri siswa, dalam proses pembelajaran terjadi perubahan dan peningkatan mutu kemampuan , pengetahuan dan keterampilan siswa, baik dalam ranah kognitif, psikomotorik, dan efektif ( Martinis Yamin, 2005: 82). Pada masa ini guru hanya berperan sebagai mediator dan fasilitator saja, karena yang berperan aktif dalam proses belajar mengajar adalah siswa itu sendiri (student center). Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Oleh karena itu, media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran disekolah. Guru tidak cukup memiliki pengetahuan tentang media pendidikan saja, tetapi juga harus memiliki ketrampilan memilih dan menggunakan serta mengusahakan media itu dengan baik. Sebagai mediator guru pun menjadi perantara dalam hubungan antara manusia. Untuk itu guru harus memiliki ketrampilan menggunakan pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi. Tujuannya agar guru dapat menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang interaktif. Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah ataupun surat kabar. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran, dapat mengembangkan cara-cara belajar mandiri, berperan dalam perencanaan, pelaksanaan penilaian proses sehingga siswa memperoleh pengalaman, dengan melibatkan siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran, berarti kita mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimiliki siswa secara penuh. Tugas guru untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran bukanlah tugas yang sederhana tetapi memerlukan kajian secara teoritis dan bercermin dari pengalaman diri maupun orang lain. Usaha yang dapat ditempuh guru dalam melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran adalah dengan :

Ø Memotivasi siswa
Keberhasilan belajar siswa dapat ditentukan oleh motivasi belajar yang dimilikinya. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi cenderung lebih aktif terlibat pada proses pembelajaran sebaliknya siswa yang motivasinya rendah cenderung pasif dalam proses pembelajaran. Tinggi rendahnya motivasi dapat menentukan tinggi rendahnya usaha atau semangat peserta didik untuk beraktifitas. Dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, akan tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya. Ada dua kemungkinan bagi peserta didik yang memotivasi keterlibatannya dalam proses Pembelajaran yaitu :
a) Karena motivasi yang timbul dari dalam dirinya atau,
b) Karena motivasi timbul dari luar dirinya
Adapun motivasi berfungsi untuk :
a. Mendorong siswa untuk beraktifitas.
b. Sebagai pengarah.
Untuk bisa memotivasi siswa, guru perlu memperhatikan hal-hal berikut:
- Memperjelas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
- Membangkitkan minat siswa.
- Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar.
- Memberikan pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa.
- Memberikan penilaian.
- Memberikan komentar terhadap hasil pekerjaan siswa.
- Menciptakan kompetisi dan kerja sama.
Membangkitkan motivasi ada kalanya dengan cara-cara lain yang sifatnya negatif seperti memberikan hukuman, teguran. Namun cara tersebut digunakan dalam kasus tertentu.

Ø Menerapkan Model Pembelajaran yang inovatif
Guru pada hakekatnya merupakan tenaga kependidikan yang memikul berat tanggung jawab kemanusiaan, khususnya berkaitan dengan proses pendidikan. Betapa berat tugas dan kewajiban yang harus diemban guru sehingga menuntut profesionalitas tinggi dalam proses pembelajaran. Melalui kompetensi profesionalnya, guru harus mampu mewujudkan langkah-langkah pembelajaran inovatif dan kreatif, sehingga proses belajar mengajar dapat bermakna.
Pada kondisi sebenarnya di lapangan masih banyak guru menggunakan proses pembelajaran yang tradisional. Pada pembelajaran suasana kelas cenderung berpusat pada guru sehingga siswa menjadi pasif. Dalam hal ini siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana belajar, berpikir dan memotivasi diri sendiri. Masalah ini banyak dijumpai dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, Salah satu perubahan paradigma pembelajaran adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih berpusat pada murid (student centered), metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori dan pendekatan yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual (Trianto, 2007:2). Semua perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil pendidikan. Satu inovasi yang menarik mengiringi perubahan paradigma tersebut adalah ditemukan dan diterapkannya model-model pembelajaran inovatif dan konstruktif yakni dalam mengembangkan dan menggali pengetahuan peserta didik secara konkret dan mandiri. Inovasi ini bermula dan diadopsi dari metode kerja para ilmuwan dalam menemukan suatu pengetahuan baru. Penggunaan model pembelajaran ini tentunya harus memahami karakteristik materi dan siswa, dengan demikian proses pembelajaran akan lebih variatif, inovatif dan konstruktif dalam merekonstruksi wawasan pengetahuan dan implementasinya sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik.
Teori-teori belajar modern yang melandasi model pembelajaran inovatif (Trianto, 2007:12) antara lain :
- Teori belajar konstruksivisme
- Teori perkembangan kognitif Piaget
- Metode pengajaran John Dewey
- Teori pemrosesan informasi
- Teori belajar David Ausubel
- Teori penemuan Jerome Bruner
- Teori pembelajaran Sosial Vygotsky
Model-model pembelajarannya antara lain :
a) Pembelajaran Kooperatif.
b) Pengajaran berdasarkan masalah
c) Pengajaran dan pembelajaran kontekstual
d) Pembelajaran model diskusi kelas
e) Model pembelajaran inkuiri dll.

Ø Menerapkan penilaian kelas yang dapat memotivasi siswa
Penilaian dalam pengajaran tidak hanya dilakukan terhadap hasil belajar, tetapi juga harus dilakukan terhadap proses pembelajaran itu sendiri. Dengan penilaian dapat merangsang siswa untuk berkompetisi dalam pembelajaran, karena pada dasarnya peserta didik merasa puas jika hasil karya mereka dikompetisikan (dinilai). Penilaian yang memotivasi terhadap peserta didik harus mencakup aspek antara lain : (Ahmad Rohani,2004:169)
a. Kemampuan peserta didik.
b. Minat, perhatian dan motivasi belajar peserta didik.
c. Kebiasaan belajar.
d. Pengetahuan awal dan prasyarat.
e. Karakteristik peserta didik
Penilaian hasil belajar bertujuan melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya. Sasaran penilaian adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang, alat penilaiannya hendaknya komprehensif meliputi tes dan non tes sehingga diperoleh hasil / gambar yang obyektif. Penilaian kelas seharusnya dapat mengukur semua kemampuan siswa, sehingga siswa akan merasa termotivasi untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Ø Melakukan pengelolaan kelas yang tepat.
Tindakan pengelolaan kelas adalah tindakan yang dilakukan oleh guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar berlangsung efektif. Pengelolaan kelas dapat berupa pengaturan peserta didik, pengaturan fasilitas, pengaturan lingkungan. Pengelolaan kelas berkaitan dengan kegiatan pengajaran yang dikelola sebelum, selama dan sesudah pembelajaran.
Kegiatan pengelolaan kelas antara lain : (Russefendi,1988: 426)
Pengaturan ruang kelas beserta kelengkapannya.
a. Ruangan kelas harus dipersiapkan sebelum pelajaran dimulai.
Biasanya ruang kelas ruangannya sudah tetap, yang memerlukan pengaturan ialah setting kelas, misalnya : kelas akan digunakan untuk kegiatan diskusi atau penggunaan media pengajaran LCD yang tentunya formasi tempat duduk atau pencahayaan ruangan perlu diperhatikan.
b. Mengecek kehadiran siswa dan tempat duduknya.
Pengecekan kehadiran siswa hendaknya dilakukan oleh guru sendiri, tidak boleh sembarang siswa. Siswa akan merasa mendapat perhatian langsung dari guru sehingga mereka merasa bagian aktif dalam proses pembelajaran.
c. Ketertiban di dalam kelas.
Ketertiban kelas menjadi modal untuk siswa lebih berkonsentrasi penuh terlibat dalam proses pembelajaran. Ketidaktertiban kelas cenderung mendorong siswa untuk bertindak di luar koridor pembelajaran yang semestinya. Penyebab ketidaktertiban di kelas penyebabnya bisa dari diri siswa bahkan dari guru itu sendiri. Misalkan nada suara guru tidak terdengar jelas, guru tidak menguasai bahan materi, pembelajaran yang membosankan, siswa mempunyai problem dengan kelas atau guru. Hal tersebut perlu segera diatasi dengan mengikutsertakan peserta didik dalam menjaga ketertiban kelas.
d. Membuat kesepakatan tentang pembelajaran dengan siswa.
Dalam hal ini siswa perlu diajak untuk menentukan aturan main selama proses pembelajaran. Baik jika terjadi pelanggaran ataupun penghargaan-penghargaan bagi yang berprestasi, sehingga siswa berkompetisi secara sehat untuk terlibat secara total dalam pembelajaran.
e. Perencanaan pembelajaran yang matang.
Perencanaan pembelajaran perlu dipersiapkan sedini mungkin, agar skenario pembelajaran bisa berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran dari hari ke hari. Ini diperlukan guru agar kondisi kelas dalam kendali dan prosedur yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan pembelajaran ada kemungkinan kita menambah atau bahkan mengganti pernecanaan berikutnya setelah kita mengadakan refleksi pengajaran. Itu semua mengacu pada siswa sebagai pusat pembelajaran, maka kreatifitas dan inovasi guru mutlak menjadi dasar.

Selain guru, Siswa juga sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran, justru diharapkan peran siswa dalam proses pembelajaran harus lebih dominan. Siswa juga harus aktif dan lebih produktif dalam usaha untuk memahami materi pelajaran bukan hanya matematika tetapi untuk mata pelajaran yang lain. Di dalam kelas, siswa bersama dengan guru diharapkan dapat menciptakan suasana kelas yang produktif. Adapun ciri-ciri kelas matematika yang produktif antara lain sebagai berikut :
o Ide-ide yang muncul saat pembelajaran sangat penting. Para siswa dapat memiliki ide-ide mereka sendiri dan membaginya dengan yang lain.
o Ide-ide harus dipahami bersama-sama di dalam kelas. Setiap siswa harus menghargai ide-ide dari temannya dan mencoba memiliki dan memahaminya. Setiap siswa juga berusaha mencapaikan ide mereka agar siswa yang lain juga dapat merealisasikan ide tersebut.
o Kepercayaan harus dibangun dengan pemikiran bahwa membuat kesalahan tidak menjadi masalah. Para siswa harus menyadari bahwa kesalahan adalah kesempatan untuk berkembang.

Daftar Pustaka :
Drs. B. Suryosubroto. 1996. Bahan Pengajaran untuk mata kuliah Evaluasi Hasil Belajar Siswa. Jakarta : PT. Rineka cipta.
Drs. Moh. User Usman. 1995.Menjadi guru professional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Euis Kurniawati. 2008. Usaha Guru Melibatkan Siswa dalam Pembelajaran Matematika.
http://myaghnee.blogspot.com/2009/01/usaha-guru-dalam-melibatkan-siswa-dalam.html.Diambil pada tanggal 27 mei 2009
Wandi. 2009. Bagaimana Menjadi Guru agar Disukai Siswa?.
http://wandisukoharjo.wordpress.com/2009/02/21/bagaimana-menjadi-guru-matematika-agar-disukai-siswa/. Diambil pada tanggal 27 mei 2009
Euis Kurniawati. 2008. Usaha Guru Melibatkan Siswa dalam Pembelajaran Matematika (Antara Teori dan .... membantu siswa mengungkapkan dan memperbincangkan ide-ide matematika).
http://myaghnee.blogspot.com/2008_12_07_archive.html. Diakses pada tanggal 29 mei 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar